Tentang Kami

Salam sehat!!!
Lezat, mudah & menyenangkan.. Diet dengan buah segar membuat tubuh sehat & awet muda :)


Delima Abadi adalah sebuah usaha dagang yang bergerak di bidang grosir buah-buahan lokal yang berlokasi di pasar induk Tanah Tinggi, Tangerang, Banten.

Lebih dari satu dekade kami melayani kebutuhan buah segar yang bergizi & menyehatkan untuk masyarakat di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya bersama dengan mitra strategis kami, yakni pedagang buah retail, hotel, restaurant, jasa catering, rumah sakit, maupun modern market.


motto kami: Growing together.. Senang bisa bermitra dengan Anda :)

Galeri 'Musim Mangga t'lah tiba'

Memasuki bulan Oktober 2010 ini, buah mangga makin mendekati puncak musimnya. Hal ini terlihat juga di pasar induk Tanah Tinggi, Tangerang, dimana pasar makin dipenuhi buah mangga.
Perlu diketahui ada beberapa jenis mangga, yakni mangga harum manis, mangga manalagi, mangga indramayu, mangga podang, mangga gedong & mangga yang paling mahal yaitu 'mangga gedong gincu'.
Apabila pada puncak musimnya, harga mangga harum manis di tingkat pengecer bisa cuma Rp. 5000,- sd Rp. 7000,- saja. Murah kan???
Tapi kalau Anda menginginkan yang kualitas super alias 'masak pohon' tentu Anda mesti rela membayar sedikit lebih mahal dong.. :)


Membuat display mangga

Lapak penuh aneka mangga

Melayani pelanggan dengan senang hati

Mangga gedong gincu ada juga loh.. :)

Galeri 'Musim melon & semangka'

Pasar Induk Tanah Tinggi, tampak depan


Aktivitas memilah buah-buahan sesuai dengan jenis & ukuran


Buah-buahan siap dikirim tim ekspedisi ke tempat pelanggan


Produk

Alpukat

Apel malang

Apel manalagi

Belimbing

Durian

Jambu air delima

Jambu biji merah

Jeruk medan

Jeruk pontianak

Markisa

Mangga harum manis

Mangga indramayu

Mangga manalagi

Mangga gedong gincu

Melon golden

Naga

Nanas

Pepaya

Pisang

Salak

Semangka merah tanpa biji

Sirsak




Jangan ‘Berbuka dengan yang Manis’!!!


Hebat bener nih iklan bisa memutar balikkan fakta, bahkan bisa membahayakan kesehatan & parahnya sampai pada iman kita.

Sebuah slogan ‘Berbukalah dengan yang Manis’ yang pertama kali dipublikasikan oleh salah satu produsen teh botol (teh botol ‘Sosro’) seakan menjadi ‘kebenaran’ & pemakluman bersama kalangan umat muslim.

Muncul pertanyaan menggelitik:
1. Benarkah rasulullah menyuruh kita berbuka dengan yang manis?
2. Benarkah kita musti berbuka dengan yang manis?

Hadits ini akan menjawab pertanyaan pertama, Anas bin Malik berkata, “ Adalah Rasulullah saw berbuka dengan ruthab (kurma yang lembek) sebelum Shalat, jika tidak terdapat ruthab , maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering), maka jika tidak ada kurma kering beliau saw meneguk seteguk air.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Logikanya nih ya.., ketika berpuasa kadar gula darah kita menurun, kurma sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw, adalah karbohidrat kompleks, bukan gula (karbohidrat sederhana). Untuk menjadi glikogen, karbohidrat kompleks perlu diproses sehingga makan waktu, sebaliknya kalau makan yang manis-manis, kadar gula darah akan melonjak naik, langsung…. Buum… sangat tidak sehat. Sedangkan karbohidrat menaikkan kadar gula pelan-pelan.

Mari kita bicara “glikemik Indeks” saja, yaitu laju perubahan makanan diubah menjadi gula dalam tubuh. Makin tinggi glikemik indeks dalam makanan, maka makin cepat makanan itu diubah menjadi gula, dengan demikian tubuh makin cepat pula menghasilkan respons insulin.

Nah apabila perut yang kosong seharian langsung dibanjiri dengan gula (makanan yang sangat-sangat tinggi indeks glikemiknya) respons insulin dalam tubuh akan langsung melonjak. Dengan demikian tubuh akan sangat cepat merespons untuk menimbun lemak. Ini saran terbaik untuk orang Indonesia, bila berbuka puasa, janganlah makan apa-apa dulu, minumlah air putih segelas, lalu segerakan shalat Maghrib. Setelah Shalat, makan nasi seperti biasa. Jangan pernah makan yang
manis-manis, karena merusak badan dan bikin penyakit. Nasi adalah karbohidrat kompleks, perlu waktu untuk diproses dalam tubuh dan juga tidak membuat kadar gula melonjak. Karena respons insulin tidak tinggi, maka kecenderungan tubuh untuk menabung lemak juga rendah.

Inilah sebabnya , banyak sekali orang di bulan puasa yang justru lemaknya bertambah di daerah-daerah penimbunan lemak seperti perut, pinggang, bokong, paha, belakang lengan, pipi dan sebagainya. Itu karena langsung membanjiri tubuh dengan insulin melalui makan yang manis-manis, sehingga tubuh menimbun lemak. Padahal otot mengecil karena puasa.

Makanan yang diproses pelan-pelan (karbohidrat kompleks) akan membuat kita tidak cepat lapar dan energy yang dihabiskan cukup untuk aktifitas satu hari penuh, respons insulin rendah membuat tubuh kita tidak cenderung untuk menabung lemak.

Sekarang sudah saatnya kita mengubah pola berbuka puasa. Semoga kita tidak termakan iklan: ”Berbukalah dengan yang manis”. Hindari gula, manis yang dibolehkan adalah manis yang bersumber dari buah alami.

Semoga bermanfaat.


Diolah dari berbagai sumber oleh Asyrof elf